Senin, 19 Agustus 2013

Tgs Antropologi



Budaya Batak

Arti “ sakit “ bagi orang Batak adalah keadaan dimana seseorang hanya berbaring , dan penyembuhannya melalui cara – cara tradisional , atau ada juga yang membawa orang yang sakit tersebut kepada dukun atau “ orang pintar “.  Dalam kehidupan sehari – hari orang batak ,  segala sesuatunya termasuk mengenai pengobatan jaman dahulu , untuk mengetahui bagaimana cara mendekatkan diri pada sang pencipta agar manusia tetap sehat dan jauh dari mara bahaya.

Bagi orang batak , di samping penyakit alamiah , ada juga beberapa tipe spesifik penyakit supernatural , yaitu :

-    Jika mata seseorang bengkak ,orang tersebut diyakini telah melakukan perbuatan yang tidak baik ( mis : mengintip ) . Cara mengatasinya agar matanya tersebut sembuh adalah dengan mengoleskan air sirih.
-    Nama tidak cocok dengan dirinya ( keberatan nama ) sehingga membuat orang tersebut sakit.
Cara mengobatinya dengan mengganti nama tersebut dengan nama yang lain , yang lebih cocok dan didoakan serta diadakan jamuan adat bersama keluarga.
-    Ada juga orang batak sakit karena tarhirim
       Mis : seorang bapak menjanjikan akan memberi mainan buat anaknya , tetapi janji tersebut tidak ditepati . Karena janji tersebut tidak ditepati , si anak bisa menjadi sakit.
-    Jika ada orang batak menderita penyakit kusta , maka orang tersebut dianggap telah menerima kutukan dari para leluhur dan diasingkan dalam pergaulan masyarakat.

Di samping itu , dalam budaya batak dikenal adanya “kitab pengobatan” yang isinya diantaranya adalah , Mulajadi Namolon Tuhan Yang Maha Esa bersabda :
“ Segala sesuatu yang tumbuh di atas bumi dan di dalam air sudah ada gunanya masing – masing di dalam kehidupan sehari – hari , sebab tidak semua manusia yang dapat menyatukan darahku dengan darahnya , maka gunakan tumbuhan ini untuk kehidupan mu “
Di dalam kehidupan Si raja Batak dahulu ilmu pengobatan telah ada , mulai sejak dalam kandungan sampai melahirkan.

1.    Obat mulai dari kandungan sampai melahirkan
-    Perawatan dalam kandungan : menggunakan salusu yaitu satu butir telur ayam kampung yang terlebih dahulu di doakan
-    Perawatan setelah melahirkan : menggunakan kemiri , jeruk purut dan daun sirih
-    Perawatan bayi : biasanya menggunakan kemiri , biji  lada putih dan iris jorango
-    Perawatan dugu – dugu : sebuah makanan ciri khas Batak saat melahirkan yang diresap dari bangun – bangun , daging ayam , kemiri dan kelapa.

2.    Dappol Siburuk ( obat urut dan tulang )
Asal mula manusia menurut orang batak adalah dari ayam dan burung. Obat dappol si buruk ini dulunya berasal dari burung siburuk yang mana langsung di praktikkan dengan penelitian alami dan hamper seluruh keturunan Siraja Batak menggunakan obat ini dalam kehidupan sehari – hari.

3.    Untuk mengobati sakit mata.
Menurut orang batak , mata adalah satu panca indra sekaligus penentu dalam kehidupan manusia , dan menurut legenda pada mata manusia berdiam Roh Raja Simosimin , Berdasarkan pesan dari si raja batak , untuk mengeluarkan penyakit dari mata , maukkanlah biji sirintak ke dalam mata yang sakit . Setelah itu tutuplah mata dan tunggulah beberapa saat , karena biji sirintak akan menarik seluruh penyakit yang ada di dalam mata . Gunakan waktu 1x 19 hari , supaya mata tetap sehat. Sirintak adalah tumbuhan Batak yang dalam bahasa Indonesia berarti mencabut ( mengeluarkan ) , nama ramuannya dengan sdama tujuannnya.



4.    Mengobati penyakit kulit yang sampai membusuk
Berdasarkan pesan siraja batak untuk mengobati orang yang berpenyakit kulit supaya menggunakan tawar mulajadi ( sesuatu yang berasal dari asap dapur ). Rumpak 7 macam dan diseduh dengan air hangat.

Disamping itu , siraja batak berpesan kepada keturunannya , supaya manusia dapat hidup sehat , maka makanlah atau minumlah : apapaga , airman , anggir , adolorab , alinggo , abajora , ambaluang , assigning , dan arip – arip. Dalam budaya batak juga dikenal dengan adanya charisma , wibawa dan kesehatan menurut orang batak dahulu , supaya manusia dapat sukses dalam segala hal biasanya diwajibkan membuat sesajen berupa : ayam merah , ayam putih , ayam hitam , ketan beras ( nitak )  , jeruk purut , sirih beserta perlengkapannya.

Beberapa contoh pengobatan tradisional lainnya yang dilakukan oleh orang batak adalah :

-    Jika ada orang batak yang menderita penyakit gondok , maka cara pengobatannya dengan menggunakan belau.
-    Apabila ada orang batak yang menderita penyakit panas ( demam ) biasanya pengobatannya dengan cara menyelimutinya dengan selimut / kain yang tebal

Artikel KTR tgl 31 May 2013



Tengoklah di sepanjang perjalanan kampus, laki perempuan sumringah menghisap pilinan tembakau teknologi tinggi ini. Pagi-pagi kami sarapan rokok, siang hari rokok jadi penutup makan siang, hingga penuh sepanjang kampus bertaburan abu rokok. Dokter bilang rokok itu mematikan, racun. Tapi saya tidak takut, saya punya sembilan nyawa, hilang satu  sisa delapan. Mereka bilang kaum intelek tidak merokok, tahu mana yang sehat dan menghindari kerusakan. Dosen saya doktor, juga merokok, kemarin saya lihat di kampus. Merokok itu hak asasi saya, kamu mau apa? Betul…itu hak kamu untuk merokok, lalu hak kami untuk udara bebas nikotin mau dikemanakan? Apakah polusi kendaraan yang terpaksa kami hirup ini mesti ditambah lagi dengan kandungan nikotinmu itu? Berlebihan? Tak apa..karena memang isu ini tak akan pernah basi, selama masih banyak korban..tak akan pernah basi.
Setiap tahun, masyarakat internasional memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day) pada tanggal 31 Mei. Sebentar lagi kita akan merayakannya, bagaimana tanggapan teman-teman? Apakah cukup sekedar lalu saja sebagai seorang yang berlatarbelakang kesehatan masyarakat. Tahun ini, WHO menetapkan tema Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2013: “Tolak iklan, promosi, dan sponsor rokok.” Untuk mendukung hal itu, sudah sepantasnya kita sebagai agent pengubah menggerakkan adanya Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di kampus USU. Seperti yang kita lihat saat ini masih sedikit sekali kampus yang menerapkan KTR, contohnya Universitas Indonesia.
Sebelumnya mari kita mengenali:
Apa itu Kawasan Tanpa Rokok?
Kawasan Tanpa Rokok, yang selanjutnya disingkat KTR, adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/atau mempromosikan produk tembakau.
Beberapa peraturan telah diterbitkan sebagai landasan hukum dalam pengembangan Kawasan Tanpa Rokok, sebagai berikut :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 113  sampai dengan 116.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan.
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
10. Instruksi Menteri Kesehatan Nomor 84/Menkes/Inst/II/2002 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Tempat Kerja dan Sarana Kesehatan.
11. Instruksi Menteri Pedidikan dan Kebudayaan RI Nomor 4/U/1997 tentang Lingkungan Sekolah Bebas Rokok.
12. Instruksi Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 161/Menkes/Inst/III/1990 tentang Lingkungan Kerja Bebas Asap Rokok.

Tujuan penetapan Kawasan Tanpa Rokok adalah :
1. Menurunkan angka kesakitan dan/atau angka kematian dengan cara mengubah perilaku masyarakat untuk hidup sehat.
2. Meningkatkan produktivitas kerja yang optimal.
3. Mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih, bebas dari asap rokok.
4. Menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula.
5. Mewujudkan generasi muda yang sehat.

Sasaran Kawasan Tanpa Rokok adalah di tempat pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan (Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan).

Sebagai satu-satunya fakultas yang menerapkan KTR, apakah kita mau itu hanya diberlakukan di Fakultas Kesehatan Masyarakat. Memang serasa ambisius, tapi sampai kapan kita mau bertahan diposisi seperti ini. Hak untuk menghirup udara segar digantikan oleh tebalnya asap rokok. Sudah saatnya kita bergerak mulai dari hal-hal yang kecil, setidaknya kita sudah mencoba dan membuktikan jati diri kita sebagai seorang mahasiswa berlatarbelakang kesehatan  masyarakat. Ikutlah berpartisipasi menyuarakan dan menggerakkan pelaksanaan “HEALTH CAMPUS WITHOUT CIGARETTE” (Kawasan Tanpa Rokok) di kampus kita tercinta, Universitas Sumatera Utara pada peringatan Hari Tanpa Rokok Sedunia tepatnya 31 Mei.

Tugas PKIP



ANALISIS PERILAKU MASALAH KESEHATAN

1.TBC (Tuberkulosis)
v  Penyebab timbulnya masalah TBC:



 

 



Faktor Perilaku
Faktor non Perilaku
1.   PHBS (Perilaku Hidup Bersih & Sehat) yang kurang baik
2.   Tidak mengikuti imunisasi BCG
3.    Daya tahan tubuh yang lemah atau turun
4.   Merokok dan minum alkohol
5.   Status gizi yang buruk ( keadaan malnutrisi atau kekurangan kalori, protein, vitamin, zat besi,dll)
6.   Batuk atau bersin dan meludah disembarang tempat
7.   Terinfeksi kuman Mycobacterium tuberculosis
8.   Tidak memeriksa sputum  pada orang dengan gejala TB Paru

1.    Tempat tinggal yang berpotensi tinggi TBC. Mis: di pedesaan
2.    Fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat yang kurang optimal
3.   Tingkat sosial ekonomi yang rendah
4.   Tingkat pendidikan yang rendah
5.   Sanitasi lingkungan yang buruk




v  Mengidentifikasi perilaku yang dapat mencegah timbulnya masalah kesehatan dan perilaku yang berhubungan dengan perawatan atau pengobatan
1. PHBS (Perilaku Hidup Bersih & Sehat) yang kurang baik
2. Tidak mengikuti imunisasi BCG
3. Daya tahan tubuh yang lemah atau turun
4. Merokok dan minum alkohol
5. Status gizi yang buruk ( keadaan malnutrisi atau kekurangan kalori, protein, vitamin,  zat besi,dll)
6. Batuk atau bersin dan meludah disembarang tempat
7. Tidak memeriksa sputum  pada orang dengan gejala TB Paru
v  Mengurutkan faktor perilaku berdasarkan besarnya pengaruh terhadap masalah kesehatan
1. Batuk atau bersin dan meludah disembarang tempat
2. Merokok dan minum alkohol
3. Tidak mengikuti imunisasi BCG
4. Daya tahan tubuh yang lemah atau turun
5. Status gizi yang buruk ( keadaan malnutrisi atau kekurangan kalori, protein, vitamin,  zat besi,dll)
6. PHBS (Perilaku Hidup Bersih & Sehat) yang kurang baik
7. Tidak memeriksa sputum  pada orang dengan gejala TB Paru


v  Mengurutkan faktor perilaku berdasarkan kemungkinan untuk diubah
1. Tidak mengikuti imunisasi BCG
2. Batuk atau bersin dan meludah disembarang tempat
3. PHBS (Perilaku Hidup Bersih & Sehat) yang kurang baik
4. Status gizi yang buruk ( keadaan malnutrisi atau kekurangan kalori, protein, vitamin,  zat besi,dll)
5. Tidak memeriksa sputum  pada orang dengan gejala TB Paru
6. Merokok dan minum alkohol

v  Menetapkan perilaku yang menjadi sasaran kegiatan pemberdayaan
1. Tidak mengikuti imunisasi BCG
2. Batuk atau bersin dan meludah disembarang tempat
v  Menetapkan tujuan perubahan perilaku yang ingin dicapai
Untuk pencegahan penularan penyakit TBC, semua orang sebaiknya telah mengikuti imunisasi BCG dan batuk atau bersin dan meludah tidak disembarang tempat.